Sudah tidak bisa ditolak lagi, PSPS Pekanbaru musim depan akan berlaga di Liga Kasta Kedua yang kalau dulu namanya ada Divisi Utama. Ini sungguh menyakitkan setelah sekian tahun PSPS berhasil bertahan di kompetisi sepakbola teratas di Riau. Sungguh memalukan mendapati kenyataan bahwa, Provinsi Riau adalah salah satu Provinsi terkaya di Indonesia, namun prestasi sepakbolanya melempem.
Menurut hemat penulis, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan semua ini bisa terjadi. Tiga faktor inilah yang membuat PSPS tenggelam di lubuk degradasi, sebuah prestasi terburuk yang pernah diraih PSPS Pekanbaru ketika pertama kali terdegradasi dari liga kelas satu sepakbola Indonesia.
Apa saja tiga faktor itu?
- Buruknya manajemen PSPS Pekanbaru
Faktor pertama adalah buruknya manajemen PSPS. Ini sangat kental sekali, banyak yang bersuara sumbang bahwa manajemen PSPS mencari lebih berminat mencari keuntungan sendiri dibanding memikirkan nasib dan kondisi keuangan klub. Gaji pemain tidak terbayar, padahal saat partai kandang stadion Kaharuddin Nasution selalu penuh, juga begitu halnya saat berkandang di Stadion Tuanku Tambusai.
Jika ingin maju, sebaiknya manajemen harus dirombak, mulai dari kepala hingga ke kaki, Tinggal mereka yang benar-benar profesional saja yang mengurus PSPS.
- Tidak ada perusahaan lokal yang royal
Ini sungguh sebuah fakta yang sangat miris dimana di Riau ini ada tiga perusahaan multi nasional terbesar di dunia pada bidangnya yang terus mengeruk Sumber Daya Alam Riau, namun hampir tidak ada kontribusi bagi PSPS yang merupakan kebanggaan masyarakat Riau. Ada Indah Kiat dan RAPP yang menghancurkan hutan Riau dan ada Chevron yang terus menyedot minyak Riau, tapi sekira 5-7 tahun belakangan minim kontribusi. Kita dulu mungkin masih ingat di baju PSPS ada tulisan Caltex atau Indah Kiat, tapi kini??
Ini juga menjadi masalah serius. Tidak ada usaha dari PSSI Riau maupun KONI yang serius menempa bakat-bakat muda sepakbola Riau. Padahal bakat-bakat alamiah pesepakbola Riau tidak jauh berbeda seperti di Papua, Sulawesi Selatan atau Jawa Timur. Sebut saja Ambirzal, kalaulah pembinaan bakat muda diseriusi, bukan tidak mungkin masih ada ratusan Ambrizal lainnya di Riau ini.
Apa komentar Anda wahai pecinta PSPS???